Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Mengatasi dan Mencegah Masalah Pada Rambut Rontok Dengan Cara Memotongnya

Jakarta -  Rambut rontok merupakan sebuah permasalahan yang sangat mengganggu. Kondisi ini bisa dialami baik oleh pria maupun wanita. Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Universitas Indonesia, dr. Susie Rendra, Sp.KK, FINSDV menyarankan Anda memotong rambut bila mengalami kerontokan rambut termasuk di masa pandemi COVID-19 saat ini. "Enggak usah banyak mikir harus pakai tonik ini, minum obat ini. Pertama gunting rambut dulu lebih pendek," ujar dia dalam media conversation bertema "Jaga Kulit Tetap Sehat Selama Pandemi", beberapa waktu lalu dilansir dari Antara. Susie yang berpraktik di RS Pondok Indah-Puri Indah itu mengatakan, rambut yang lebih panjang menyebabkan tarikan di akar rambut lebih berat. Dia mencontohkan, antara helaian rambut dengan panjang 20 centimeters dan 10 centimeters misalnya, tarikan pada akar rambut 20 cm akan dua kali lipat lebih berat ketimbang helaian 10 centimeters. Hal ini juga berlaku saat Anda mencuci rambut atau keramas. Helaian ra

Manfaat Dari Air Kelapa Murni dan Cara Mengkonsuminya Dengan Benar

Jakarta -  Belum redanya pandemi COVID-19 yang terjadi pada saat ini menjadikan kita perlu tetap waspada dan hati-hati. Salah satunya adalah tetap perlu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan stabil Salah satu minuman yang bisa jadi pilihan untuk dikonsumsi demi memperkuat sistem kekebalan tubuh adalah air kelapa. Selain sehat, minuman ini juga memiliki rasa yang lezat dan menyegarkan. Prof. Dr. dr. Purwantyastuti, MSc, SpFK, pakar farmakologi dari Universitas Indonesia menjelaskan khasiat utama air kelapa adalah mengatasi dehidrasi atau kekurangan cairan di dalam tubuh. Tubuh yang kekurangan cairan dengan sendirinya menjadi tidak sehat. Kekurangan cairan otomatis akan menimbulkan masalah pada reaksi-reaksi kimia di semua sistem tubuh, termasuk sistem imun. Rasanya yang lezat dan menyegarkan, membuat air kelapa mudah diminum orang yang sedang sakit, otomatis cairan tubuhnya kembali dan mendorong pemulihannya. Hal ini mungkin yang menyebabkan orang menghubungkan air kelapa denga

Gigitan Nyamuk Yang Gatal Dan Menganggu, Berikut Cara Mengatasinya

Jakarta - Gigitan nyamuk yang gatal bisa menjadi hal yang sangat menyebalkan. Melansir dari Medical News Today , ketika nyamuk menggigit, sistem kekebalan tubuh kita akan bekerja untuk melindungi kita dari serangan tersebut. Ketika gigitan nyamuk merusak kulit, tubuh seseorang mengenali air liur nyamuk sebagai zat asing. Hal ini menyebabkan respons sistem kekebalan tubuh yang bertujuan untuk melindungi tubuh dari zat asing. Oleh karena itu, gigitan nyamuk ini akan terasa gatal. Cara kerjanya memang mirip dengan gatal karena reaksi alergi. Sementara itu, pembengkakan di sekitar gigitan disebabkan oleh histamin yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Histamin meningkatkan aliran darah dan jumlah sel darah putih di sekitar location yang terkena gigitan. Gigitan nyamuk terasa gatal karena histamin juga mengirimkan sinyal ke saraf di sekitar gigitan. Pertama kali seseorang digigit, tubuh mereka mungkin tidak bereaksi dengan cara ini. Respons imun adalah sesuatu yang

Hal yang Harus Anda Waspai Pada Masa Pandemi Ini, "Cave Syndrome"

Jakarta -  Pandemi COVID-19 masih jauh dari kata selesai. Namun, beberapa laporan dan survei yang berbeda telah menunjukkan kemungkinan besar masyarakat akan terkena cave disorder atau sindrom gua, jika pandemi berakhir. Apa yang dimaksud dengan cave disorder? Sejumlah ahli menyebutkan, seperti dikutip IFLScience, sindrom ini merupakan istilah non-medis yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan untuk keluar setelah lebih dari satu tahun hidup dalam jarak sosial. Berdasarkan studi di jurnal American Psychological Organization yang terbit Maret 2021, 49 persen orang yang disurvei melaporkan merasa tidak nyaman untuk menyesuaikan diri dengan interaksi langsung setelah pandemi berakhir. Sedangkan 46 persen responden mengatakan tidak merasa nyaman untuk kembali menjalani kehidupan seperti sebelum pandemi menyerang. Makalah yang ditulis Profesor Steven Taylor, psikiater di Universitas British Columbia Kanada, itu juga memprediksi kemungkinan munculnya kecemasan setelah COVID-19 . Dia bers